Laporan kegiatan
studi Tour
Sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan pada tanggal 18 januari 2014,
yaitu melakukan studi lapangan ke gudang ransoem, lubang/tambang mbah suro, dan
ke lubang japang. Setelah kegiatan tersebut saya di tugasi untuk membuat sebuah
laporan yang berhubungan dengan kegiatan tersebut. Untuk memenuhi tugas
tersebut maka saya buat laporan ini.
Untuk
melihat dan membuktikan semua teori yang telah di ajarkan pada pertemuan tatap
muka di dalam kelas.
1. Museum
/gudang ransoem
Gudang ransum terletak di jalan
Abdul Rahman Hakim, kelurahan Air Dingin, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawah
Lunto. Gudang ransum merupakan sebuah bangunan peninggalan Belanda yang berdiri
dari tahun 1918 pada masa penjajahan Belanda, yang pada masa itu digunakan
sebagai dapur umum. Dapur umum ini berfungsi sebagai tempat memasak masal untuk
para pekerja tambang di waktu itu.
Dapur umum ini bekerja menggunakan
sistem uap. dapur umum/ ransum ini dapat memasak nasi sebanyak 65 pikul atau
setara dengan 3900 kg nasi dalam satu hari untuk pekerja tambang batu bara
(orang rantai), keluarga pekerja tambang (orang kawalan), dan pasien rumah
sakit. Menu makanannya saat itu adalah nasi, daging, ikan asin, telur asin,
sawi putih dan hijau, serta kol. Makanan tersebut diberikan pada siang dan
malam hari. Untuk sarapannya pukul 10 pagi berupa lapek-lapek, dibuat dari
beras ketan merah dibubuhi kelapa serta gula merah dan dibungkus daun pisang.
Untuk minumannya adalah teh. Pada masa saat itu, menu makanan tersebut
terbilang cukup baik mengingat pemerintah Hindia-Belanda berkepentingan agar
pekerja tambang (pekerja kontrak dan pekerja paksa orang rantai) dapat
produktif sehingga menghasilkan keuntungan besar untuk pemerintah.
Replika makan atau menu makan pada masa itu.
Gedung Museum Goedang Ransoem
sempat menjadi tempat aktivitas memasak untuk tentara dalam skala besar pada
masa pendudukan Jepang hingga Agresi Belanda II. Pada
masa revolusi kemerdekaan, kawasan ini
digunakan sebagai tempat memasak makanan tentara. Setelah kemerdekaan, gedung
ini sempat digunakan sebagai Kantor Perusahaan Tambang Batu Bara Ombilin,
gedung SMP Ombilin (1960–1970), hunian karyawan Tambang Batu Bara Ombilin
(sampai tahun 1980), dan hunian masyarakat setempat hingga tahun 2004.
Berikutnya, pada tahun 2005 kawasan ini dikonservasi dan ditata pemerintah Kota
Sawahlunto untuk acara permuseuman hingga 17 Desember 2005 dibuka resmi oleh Wakil Presiden Republik Indonesia,
Jusuf Kalla.
Di museum ini tidak hanya
terdapat dapur tempat memasak. Terdapat beberapa bangunan yang memiliki fungsi
yang berbeda, namun merupakan satu kesatuan utuh yang saling mendukung satu
sama lain. Di antara bangunan-bangunan tersebut adalah: bangunan utama (dapur
umum), gudang besar (warehouse) persediaan bahan mentah dan padi, dua steam
generator (tungku pembakaran) buatan Jerman tahun 1894, menara cerobong
asap, pabrik es batangan, rumah sakit, kantor koperasi tambang batubara
Ombilin, heuler (penggilingan padi), rumah kepala ransum, rumah
karyawan, pos penjaga, rumah jagal hewan, dan hunian kepala rumah potong hewan.
Peta museum Goedang Ransoem
a. Tampak
dari depan:
b. Power
stoom
(Tungku Pembakaran) buatan Jerman tahun 1894 yang
dibuat oleh ROHRENDAMPFKESSELFABRIK D.R PATENTE. NO.13449 & 42321. Yang berfungsi sebagai
tempat suplay atau penyalur uap panas ke tungku masak.
c.
Cerobong asap
5 Comments
Thanks Min :)
Makasih min, sangat membantu nih
Very nice
sama-sama masBroo,, semoga membantu.
makasi atas kunjungannya
sama-sama masbro.
semoga bermanfaat